Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Cinta Toakala dan Bissudaeng

Kisah Cinta Toakala dan Bissudaeng

MELANJUTKAN parikadong (cerita rakyat) Legenda Toakala, Sang Raja Kera Putih tentang Kerajaan Toale yang sekarang merupakan wilayah kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung.



Perasaan gembira pun meliputi bala tentara Toakala dengan tak sadar berteriak memanggil rajanya; "Toa... Bissudaeng, Toa.., Toa..., Bissudaeng, Toa...," sambil menggiring Bissudaeng mendekat ke arah Toakala yang sedang terkesima, perasaan Toakala menjadi tak menentu, sambil menatap Bissudaeng.

Berkatalah ia dengan suara dingin dan getar; "Semua ini terpaksa aku lakukan Bissudaeng, aku tak pernah gentar menghadapi Kerajaan Marusu dan Kerajaan Cendrana dan aku sudah siap perang. Tak ada yang bisa menghalangiku. Tidak ada yang bisa menghalangiku…!”

Suara Toakala seakan gelegar yang memenuhi langit, pekikan kera-kera pun terdengar nyaring mengiringi ketegasan Toakala. Membuat Bissudaeng dan para tentaranya menjadi takut. Suasana sakral memenuhi ruang semesta, hening sejenak ketika lamat-lamat prajurit dan kelompok kera meninggalkan mereka berdua.

Dengan perasaan sedih, Bissudaeng berkata; "Sejak pertemuan kita di arena permainan raga di Balla Lompoa, banyak putra-putra kerajaan yang hadir. Aku tak pernah lupa ketika daeng menjatuhkan bola raga di pangkuanku, peristiwa itu membuat semua orang menatapku tak terkecuali Ayahandaku. Aku berusaha menyakinkan semua orang kalau aku mencintaimu, tapi ayahku tetap ayahku, jadi aku harus patuh kepadanya."

Toakala lalu berkata; "Belum cukupkah bukti cinta itu pada semua orang ketika dengan sengaja menjatuhkan raga itu di pangkuanmu. Ingatkah engkau dengan sutra ini, aku masih menyimpannya Ndi.., menyimpanya… Selendangmu ini lebih dari hidupku..."

Di tengah pergulatan hati Bissudaeng tentang perjodohannya, kepatuhan pada Ayahandanya sekaligus cintanya yang juga mendalam pada Toakala, mengantarnya untuk sampai pada sebuah keputusan pasrah lewat tantangan yang akan dimintanya pada Toakala.
  
Bissudaeng pun berkata; "Jika demikian bisakah Daeng mengabulkan permintaanku sebagai mahar ke-permaisuri-anku?" "Apa itu Ndi?" kata Toakala menyambung pembicaraan Bissudaeng dengan sigap dan cepat. "Bendung tujuh mata air di Kerajaan Simbang dan buatkan aku permandian air terjun di Je’ne Taesa," pinta Bissudaeng terbata-bata.

Toakala menimpali dengan tegas; "Jangankan air terjun Dinda, istana berlapis emaspun akan aku buatkan!" Merasa dilematis, Bissudaeng pun berkata "Tapi aku hanya memberi waktu satu malam Daeng, kalo Kakanda tidak bisa menyelesaikannya dalam satu malam, berarti saya harus kembali ke istana".

Tanpa bicara Toakala pun mulai bekerja dengan penuh keyakinan, ia mengerjakan permintaan Bissudaeng semalam suntuk. Peluh mengalir membasahi tubuhnya, sejenak ketika permandian air terjun hampir selesai, ayampun berkokok menandakan fajar akan segera muncul. Toakala semakin gencar untuk menyelesaikan pekerjaannya namun, tiba-tiba matahari terbit, langit menjadi mendung.

Sebuah gejalah alam yang tak biasa, guntur dan petir saling menyambar, pertanda sebuah kutukan telah jatuh dari Dewata Seuwwae. Toakala berteriak histeris; “Bissudaeng..., Bissudaeng...!

Ditatapnya sang kekasih yang terakhir kali, ia tak berdaya oleh takdir, di sela tenaga yang hampir habis, tubuh Toakala perlahan ditumbuhi bulu-bulu panjang yang putih menutup seluruh tubuhnya. Dipaksakannya panggilan pada kekasihnya yang terakhir kali tapi, Bissudaeng tak lagi bisa mendengarnya, ia hanya menyambut isyarat suara itu dengan lambaian tangan.

Di depan Bissudaeng berdirilah patung seekor kera putih yang kakinya basah oleh tangis Bissudaeng yang ditinggalkan, suara-suara alam seakan terhenti tergantikan dengan suara tangis seorang perempuan cantik; “Daeng..." Isak tangis Bissudaeng memenuhi keheningan alam Benti Merrung.

*Dilatarbelakangi legenda ini, maka gerbang utama kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung berbentuk patung kera putih raksasa. Sampai sekarang, kera putih ini kadangkala terlihat di kawasan ini.
Halim
Halim Introvert Yang Senang Baca Buku dan Traveling

Posting Komentar untuk " Kisah Cinta Toakala dan Bissudaeng "