Melacak Asal Kata Samanggi dan Samangki

Desa Wisata Samangki Senin, 26 Desember 2011

SEBUAH bebukitan karst dengan panorama khas dan menawan, alam pegunungan berpadu dengan bukit-bukit batu kapur yang klasik. Serta hamparan kedai-kedai sepanjang jalan milik pribumi yang menjajakan jagung rebus.

Keunikan tempat ini membuat kawasan ini sangat ideal untuk camping, caving, climbing atau sekedar menikmati panorama alam, sungai dan flora-fauna khas yang terdapat di dalamnya. Daerah lintas kendaraan antar wilayah di provinsi Sulsel ini menjadi tempat persinggahan orang-orang untuk istirahat sejenak di kedai-kedai tepi jalan itu.

Dalam penulusuran sejarah kata Samanggi sebagai tempat, ditemukan seorang pengelana yang dituakan dengan istilah Jo’a, seseorang yang menemukan atau membuka wilayah pertamakali di tempat ini, yakni Joa’ Imanggarassa atau dikenal juga nama lain, yaitu Daeng Majjoa Imanggarote.

Catatan keberadaan Dg. Majjoa inilah yang kemudian menjadi jejak awal pembicaraan kampung di wilayah Simbang ini. Dalam catatan lontara Attoriolong di Kabupaten Maros, tentang penamaan "Samanggi" menandai tempat ini sebagai pusat atau titik tengah tempat pertemuan suku Bugis Bone dan suku Makassar Gowa pada periode yang sangat awal (sebelum berdirinya imperium Kerajaan Bugis dan Makassar).

Asal kata "Samanggi" bahwa Samanggi sebagai nama kampung dalam literasi bahasa Makassar disebut dengan "Samangki" sedang dalam literasi bahasa Bugis dinamakan "Samakki", sebuah tutur berbeda tetapi berarti sama, yaitu "bersamaan" atau bersamaan berada di tempat tersebut.

Sebuah peristiwa sebelum masa damai atau masa konflik antara dua suku besar yang berakhir atas terjalinnya hubungan kekerabatan akibat "pernikahan". Peristiwa ini kemudian melahirkan kesepakatan damai dan ke-tentraman wilayah ini yang disaksikan oleh Gallarang Tallua dalam hal ini adalah Samangki, Sampakang dan Sambueja (dibawah naungan Tukusiang atau kelompok kesukuan “Simbang” yang di pimpin oleh Dg Majjoa Imanggarote dan sahabatnya Imagguliling Petta Benteng.